..
Friday, February 13, 2015
cita citra
Di sempadan senja
Elok mendera maya
Kalam berbuah sabda
Syair seumpama cahaya
Bersalam melalui pawana
Semilir kata bertaut rasa
Kadang berderai air mata
Kadang tergelak riang tawa
Ku titi untaian nada
Memerangkak lekuk irama
Jelajahi madah pujangga
Renangi samudera cita
sesuatu yang di nafikan
Malam yang panjang
Bersama dingin bayu
Membelai resah batasan mimpi
Tersepi aku di dalam kelam
kekalutan manusia menikmati waktu
Kota keriangan dalam hilai tawanya..
Dan dedaunan berguguran
Bagai tarian yang indah
Belum pernah di tarikan..
Dan tersenyum sedih sinis
Pada bayang bayang yang datang dan pergi..
Terdengar dia berpuisi..
Merisih beralunan melirik
Dengan pengucapan yang tidak di ertikan..
Atau sesuatu yang di nafikan..
Kuntuman April
bingkisan ku
Seketika dingin dalam rintis malam
di puncak genting berkabus ini
sunyi melingkari waktu
saat bicara ku sendu
saat jemari ku kaku
saat pandangan ku kabur
dalam penantian hari membakar hati
ingin ku teriakan nama mu
ingin ku tulis bingkisan buat mu
ingin mata ku menatap mu
walau sepelaung jaraknya
tetap gelora ku rasakan
namun kau jauh dalam impian
hanya senyuman mu dalam ingatan..
Dengan hati yang sunyi
terasa kosong di hati
walau sepelaung perjalanan ku
inikan pula jauh beribu batu
namun senyumn mu tersemat di kalbu
kasihkah kau pada diri ku
rindukah kau pada bingkisan ku
hanya coretan kalbu
luahan sukma mendamba mu
di puncak genting berkabus ini
sunyi melingkari waktu
saat bicara ku sendu
saat jemari ku kaku
saat pandangan ku kabur
dalam penantian hari membakar hati
ingin ku teriakan nama mu
ingin ku tulis bingkisan buat mu
ingin mata ku menatap mu
walau sepelaung jaraknya
tetap gelora ku rasakan
namun kau jauh dalam impian
hanya senyuman mu dalam ingatan..
Dengan hati yang sunyi
terasa kosong di hati
walau sepelaung perjalanan ku
inikan pula jauh beribu batu
namun senyumn mu tersemat di kalbu
kasihkah kau pada diri ku
rindukah kau pada bingkisan ku
hanya coretan kalbu
luahan sukma mendamba mu
melebur harapan
Gengaman ku terlerai
kepingan rasa berderai
untaian makna yang ku rangkai
berceramuk terasa di badai
biarkan takdir yang meleraikan
ku tak bisa menyeka
air mata yang titis berderai..
adakah ini akhirnya
suratan menjadi kesudahan
atau permulaan penderitaan
izinkan ku rangkai memori ini
menjadi utaian perasaan kini
untuk ku leburkan harapan
kepingan rasa berderai
untaian makna yang ku rangkai
berceramuk terasa di badai
biarkan takdir yang meleraikan
ku tak bisa menyeka
air mata yang titis berderai..
adakah ini akhirnya
suratan menjadi kesudahan
atau permulaan penderitaan
izinkan ku rangkai memori ini
menjadi utaian perasaan kini
untuk ku leburkan harapan
kepuraan
Biasan kaca itu
terseyum pada ku
menyindir lagaknya
seketika berkata
apa yg masih kau punya
tiada apa apa
hanya sisa bicara
bergema di benak rasa
kau tak bisa
lupakan saja hasrat mu
lihatlah topeng dirimu
rasa bersalah serta kepuraan
tiada kebenaran
meningkah perasaan..
Lupakan saja hasrat mu....
terseyum pada ku
menyindir lagaknya
seketika berkata
apa yg masih kau punya
tiada apa apa
hanya sisa bicara
bergema di benak rasa
kau tak bisa
lupakan saja hasrat mu
lihatlah topeng dirimu
rasa bersalah serta kepuraan
tiada kebenaran
meningkah perasaan..
Lupakan saja hasrat mu....
kesepiaan...
Sunyi itu indah bagi ku
Bila kau kata benci pada kesunyian
Tanpa sedar ia menemani mu
Ia mengisi ruang dan waktu mu
Ya seperti aku
Takala tanpa mu
Menguji rindu ku
Tanpa sedar aku mengerti
Jadilah aku sesuatu yang tak dipenuhi
Kosong tanpa sapaan
Tanpa kasih yang Ku dambakan..
Tidakah kau rasakan..
Bila kau kata benci pada kesunyian
Tanpa sedar ia menemani mu
Ia mengisi ruang dan waktu mu
Ya seperti aku
Takala tanpa mu
Menguji rindu ku
Tanpa sedar aku mengerti
Jadilah aku sesuatu yang tak dipenuhi
Kosong tanpa sapaan
Tanpa kasih yang Ku dambakan..
Tidakah kau rasakan..
Subscribe to:
Posts (Atom)